Dua pengemis mengaku uang Rp25 juta hasil jual sapi 2

diri di sini dan diam di bawah konter,  jual s lutena ketsayatan, nggak berani bergerak. Saya tahu pasti ada yang salah, terutama setelah saya dengar kau melompat menerobos jendela dan tidak mengangkat teleponmu.”

 

“Pintar. Tapi sekarang kita harus keluar dari sini, secepatnya.”

 

Kami keluar dari ruangan itu, bergandengan tangan. Lampu di lorong berkedip padam. Seluruh sekolah ditelan kegelapan, padahal matahari baru terbenam sekitar satu jam lagi. Setelah sekitar sepuluh detik, lampu kembali menyala.

 

“Apa yang terjadi?” bisik jual s lutena Sarah.

 

“Tak tahu.”

 

Kami berjalan di lorong sepelan mungkin. Suara-suara yang kami buat pun seolah berkurang, teredam. Jalan paling cepat untuk ke luar adalah melalui pintu belakang yang mengarah ke tempat parkir para guru. Saat kami berjalan ke sana, suara alat penggosok lantai semakin keras. Saya menduga kami berjalan ke arah Hobbs. Pasti dia tahu bahwa sayalah yang merusak jendela. Apakah dia akan memukulku dengan gagang sapu dan menelepon polisi? Kurasa saat ini, itu bukan masalah.

 

Saat kami tiba di lorong belakang, lampu-lampu kembali padam. Kami berhenti dan menunggu lampu menyala, tapi lampu tetap padam. Alat penggosok lantai terus berbunyi, berdengung mantap. Saya tidak bisa melihatnya, tapi jaraknya hanya sekitar enam meter di kegelapan yang begitu gelap gulita. Saya merasa aneh karena mesin itu tetap berfungsi, karena Hobbs tetap menggosok lantai di kegelapan. Saya menyalakan tanganku. Sarah melepaskan pegangannya dan berdiri di belakangku sambil memegangi pinggangku. Saya menemukan steker di dinding, lalu menyusuri kabel hingga melihat mesin itu. Mesin itu diam, bersandar di dinding, tak berawak, masih dalam keadaan menyala. Saya panik. Sarah dan saya harus keluar dari sekolah.

 

Saya mencabut kabel dari steker. Alat penggosok lantai itu berhenti, bunyinya digantikan dengan dengung pelan keheningan. Kupadamkan cahaya tanganku. Jauh di lorong sana, terdengar suara pintu berderit terbuka. Saya berjongkok. Punggungku menempel di dinding. Sarah memegang lenganku  jual s lutena dengan erat. Kami berdua terlalu tsayat sehingga tidak bisa bicara. Naluri membuatku

Standard

Leave a comment